Minggu, 15 November 2009

Kegiatan POLIMER (Kelompok Peduli Mental Remaja)

Hari Sabtu, 14 November 2009
Tempat Kegiatan : SMP Negeri I Kubu, Karang Asem.

Sejak 26 Juli 2009 yang lalu Grace Center bekerja-sama dengan KNPI, P2TP2A dan Polres Karang Asem melaksanakan kegiatan pembinaan kesehatan mental remaja di delapan kecamatan di Karang Asem. Acara hari ini direspon positif dan disuport oleh RSUP Sanglah Denpasar dengan menghadirkan 2 orang narasumber : Dr. Lely Setyawati, SpKJ(K). – Psikiater, dan Richardo Naraheda, Konselor Keluarga dari Grace Center Bali.

Acara pembinaan kesehatan mental remaja kali ini diselenggarakan di pelataran SMP Negeri I Kubu, dihadiri oleh sekitar 300 orang siswa-siswi dari SMP Negeri I, II, III, IV, V, serta SMA Negeri I dan SMK Kubu. Meskipun hanya duduk di bawah pohon, para siswa sangat antusias dan aktif mengikuti diskusi yang dibawakan hari ini.

Misi ini merupakan suatu bentuk kepedulian dari Tim Polimer agar para REMAJA khususnya siswa-siswi di tingkat SD, SMP dan SMA, beserta para guru selaku pendidik dan pendamping remaja di sekolah (bukan hanya guru BK, tetapi juga guru-guru bidang studi lainnya), serta orang-tua dan keluarga mereka memahami pentingnya kesehatan mental. Melalui kegiatan tersebut diharapkan perkembangan mental dan moral para remaja kita akan menjadi lebih baik dan nantinya di masing-masing sekolah akan ada sejumlah guru dan siswa POLIMER (Kelompok Peduli Mental Remaja) yang dapat mentransformasikan kiat-kiat kesehatan mental kepada rekan-rekan mereka lainnya.

Bapak Nyoman Celos, selaku Ketua KNPI sekaligus wakil ketua DPRD Karang Asem menceritakan lika-liku pengalaman masa remajanya yang penuh dengan tantangan dan hambatan ekonomi, tetapi akhirnya dia berhasil melewatinya dan memenangkan perjuangan hidup tersebut. Beliau berpesan agar anak-anak jangan buru-buru berpacaran, karena tugas utama mereka adalah belajar, menuntut ilmu setinggi mungkin, dan mengembangkan diri dalam pekerjaan sesuai keahlian masing-masing, baru setelah itu memikirkan hidup berkeluarga. Suatu kebetulan Bapak Celos berasal dari Dusun Tianyar, Kubu juga.

Dr. Lely menekankan pentingnya SEHAT JIWA – bukan sekedar tidak menderita sakit penyakit/ kecacadan. Adapun kriteria sehat jiwa adalah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, meskipun lingkungan tersebut demikian buruknya; merasa puas dengan hasil usahanya; lebih puas memberi daripada menerima; relatif bebas dari kecemasan dan ketegangan; mampu menerima kekecewaan untuk pelajaran di masa mendatang; mengarahkan rasa permusuhan pada penyesalan yang kreatif & konstruktif; Memiliki hubungan antar manusia yang baik dan saling menolong; serta memiliki kasih sayang yang besar.

Peserta diskusi juga diajak mengenali dan mewaspadai Gejala DEPRESI dengan mengisi kuesioner. Ternyata secara jujur lebih dari 50% peserta mengaku : mereka pernah merasakan beberapa gejala Depresi ini, yaitu:

1. Merasa sedih hampir setiap hari / hampir sepanjang hari.
2. Kurang berminat mengerjakan tugas-tugas / hobinya.
3. Mudah lelah meskipun bekerja ringan saja.
4. Kurang / sulit konsentrasi.
5. Kurang / tidak percaya diri.
6. Terus merasa bersalah / merasa diri tak berguna.
7. Merasa pesimis dengan hari esok.
8. Ada gangguan tidur (kurang tidur, atau sebaliknya kelebihan tidur).
9. Nafsu makan terganggu (nafsu makan menurun, atau sebaliknya justru berlebihan makan).
10. Ada gagasan / perbuatan yang membahayakan diri sendiri, termasuk bunuh diri.

Bapak Richardo membahas berbagai masalah seputar dunia pendidikan. Dimulai dari Depresi para murid di sekolah, di rumah, dan di lingkungan sosial mereka. Cukup banyak masalah yang dialami murid saat ini, mulai dari masalah pelajaran, hubungan dengan guru di sekolah, ekonomi keluarga, pertengkaran orang-tua di rumah, serta masalah pacaran. Depresi sebenarnya juga menghinggapi para guru, mereka juga menghadapi berbagai tuntutan profesi sebagai pendidik yang harus senantiasa belajar dan mempertajam ilmu mereka, sementara di rumah dan di lingkungan sosial mereka juga memiliki setumpuk persoalan anak, pasangan, keluarga besar dan masyarakat.

Masa remaja memang unik dan penuh dengan liku-liku, jika tidak ditanggapi dengan baik tak tertutup kemungkinan mereka akan melakukan berbagai penyimpangan perilaku. Apalagi rasa ingin tahu mereka sangat besar, banyak hal-hal baru yang ditawarkan, bisa langsung mereka respon tanpa pikir panjang. Di sini diperlukan pendampingan orang-tua, guru, serta rekan-rekan ‘seperjuangan’ yang relatif lebih kuat, agar penyimpangan perilaku tersebut bisa segera dihentikan dan dialihkan pada kegiatan yang positif dan bermanfaat.

Seorang siswa SMP bahkan berani bertanya bagaimana caranya jika seorang murid terlanjur sudah berpacaran terlalu jauh dan menyimpang? Pertanyaan lain seputar narkoba, perasaan depresi, gangguan konsentrasi belajar, serta kurangnya rasa percaya diri juga didiskusikan dalam pertemuan ini. Mulai bulan depan para siswa-siswi yang sudah pernah mengikuti pembinaan mental tersebut akan dikoordinir untuk bisa menjadi ‘dokter kecil’ bagi kelompoknya di sekolah masing-masing, serta dalam keluarga mereka, agar nantinya tercipta suatu kehidupan masyarakat yang sehat secara fisik, mental dan spiritual. Semoga!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Anda bersedia memberi komentar dan saran-saran.